Tari Bajidor Kahot (Best Experience)
Belajar dan lakukan apapun selagi itu bermanfaat untuk diri kita. Semua yang telah kita lakukan akan menjadi pengalaman yang telah terjadi di suatu kehidupan. karena, pengalaman merupakan guru yang tak berwujud. Semenjak saya pindah dari Bogor ke Jakarta saya masuk ke sekolah dasar negeri yang memang tak dapat di pungkiri bahwa pelajaran Madrasah dengan SD sedikit berbeda. jadi teringat ketika pertama masuk sekolah tersebut. saya gadis kecil berasal dari desa yang lugu dan polos dengan berponi depan dan memakai bando duduk di antara anak-anak jakarta yang bisa dibilang sangat-teramat aktif (anak cowo nya iseng-iseng ditambah anak cewe nya ya begitulah sampai terdengar oleh saya bahwa jika ada anak baru harus di kerjain dulu hahaha its a long story) tapi sampai sekarang alhamdulillah saya masih bersilaturahmi dengan teman masa SD itu dan ada sekitar lima orang yang bisa dibilang sahabat saya sampai sekarang.
Semenjak saya masuk di sekolah dasar tersebut memang ada mata pelajaran muatan lokal menari tarian daerah setiap hari sabtu (masih inget gilsss) dari situ saya menjadi suka menari tetapi semenjak lulus dari bangku sekolah dasar saya tidak melanjutkan kegiatan menarinya. ketika saya masuk sekolah menengah kejuruan terdapat mata pelajaran Seni budaya yang mengharuskan setiap siswa mempraktekkan Tarian dari masing-masing daerah. saya bersama kelompok sudah menarikan dua Tarian yaitu Tari sirih kuning yang berasal dari DKI Jakarta dan Tari Bajidor Kahot dari Jawa Barat.
Saya akan menceritakan sedikit tentang Tarian Bajidor Kahot. by the way sebelum mempraktekan tarian tersebut juga harus di lampirkan dengan makalah Tarian tersebut.
Di era sekitar tahun 2000an muncul tarian yang bernama Tari bajidor kahot berasal dari karawang, Jawa Barat. Tari bajidor kahot mengombinasikan tari ketuk tilu dan jaipongan sebagai dasar gerak. Yang membedakan, tari bajidor kahot tidak mengoptimalkan bahu untuk bergerak seperti pada jaipongan dan ketuk tilu. Dalam tari bajidor kahot, pinggul, lengan, bahu, kepala, dan tangan digerakkan dengan dinamis. Langkah-langkah kaki pun menjadi bagian dari tari bajidor kahot. menurut saya menarikan Tari Bajidor kahot susah karena perpaduan gerak yang cukup rumit serta pola lantai yang berpindah-pindah. beruntungnya di anggota kelompok saya ada seorang penari yang memang sudah handal dalam menari segala tarian tradisional (lupyu eceu) jadi dia mengajari setiap detail gerakan Tari Bajidor Kahot.
Para penari bajidor kahot mengenakan kebaya khas tanah Pasundan. saya sangat suka dengan busana tarian ini karena mencerminkan wanita indonesia yang anggun. ya walaupun memakainya sedikit ribet ditambah dengan konde yang berat serta caem banget deh. ohiya kebaya yang didesain pas dengan bentuk tubuh penari bajidor kahot jadi terlihat sangat menawan dan busana yang dikenakan berwarna cerah. kelompok saya memakai warna biru. dan terakhir yang membuat pertunjukan Tari Bajidor terlihat sangat indah yaitu tambahan aksesori berupa selendang dan kipas.
Yap! di bawah ini foto-foto sebelum dan setelah pertunjukan Tari Bajidor Kahot. Menurut saya seharusnya pendidikan di Indonesia tetap selalu ada mata pelajaran seni budaya yang berguna untuk menumbuhkan dan mempertahankan cinta tanah air atau nasionalisme sejak dini. karena kalau bukan kita penerus bangsa siapa lagi yang akan mempertahankan budaya Indonesia? terlebih di Jaman Globalisasi seperti sekarang ini.





Komentar
Posting Komentar